Puisi mengisahkan hancurnya sebuah hubungan cinta karena terlalu mengedepankn ego dan kebohongan , yang akhirnya harus rela berpisah.
Nafas cinta di sendatnya
hati mati terputus nadi
Bak seonggok mayat terapung di selokakan
sisihkan aku kedudut kepedihan
selayang pandang ditelan kegelapan.
Dari sudut sempit
satu goresan wajah sedikit tak terbaca
adalah nurani di cari
setitik dari satu jelangga
ternyata tak bermakna jua
cuma ponis yang kuterimakan
sebagai penghapus dosa di lebur duka.
Lalu mukadimah cinta kurapalnya
tabur angan di kisi kegelisahan
Gelinjangnya sukmaku menabur pikiran
lesat tanpa arah kebatas waktu
Menghitung hari kankah berakhir jua ini
Bahtera itu tiada lagi.
Jangankan jasad hantukupun takkan mampu berhadapan
Mengemis maaf di kais hayal
Di tuntun waktu cuma kelamunan.
Hanya bangga ada di benaknya
hingga sebuah harapan menjadi hal yang menakutkan
bagi jiwa rapuh mudah di goyah
Kan terlalu mahal sudi mu tak mampu kutunai
Karena bahtera itu bagimu cumalah ilusi
kata cinta tak punya makna
cuma bersandar mengayuh pulalah
Tak ada tepi sebagai pijak, angin dan badai olok tawanya
Hanya sekali pejam inginnya dampai kesana
Manalah mampu si persembahkan.
Bila langkah tak seiring lenggang
Tangan mana yang kan sampai
Naifnya di rasa cumalah belaka
Bila senandung rindu di hantu angkara
Pusara cinta tak semayam di sana.
Hilang.... terbang..... kepudaran
Menitik api berkemas kepalsuan
Seperti haikal imani menawar hati
Redup terang nuansa hujan
Ditelan bumi kasih ku menghilang.
![]() |
gambar ilustrasi, puisi cintaku putus nadi |
CINTAKU PUTUS NADI
Hari itu kaulah malaikat mautku
Menatap tajam hujamkan kebencian
Bersenjata dendam dalam selimut keegoisan
busungkan dada bertepuk bangga
sungkurkan aku di muka ibu.
Menatap tajam hujamkan kebencian
Bersenjata dendam dalam selimut keegoisan
busungkan dada bertepuk bangga
sungkurkan aku di muka ibu.
Nafas cinta di sendatnya
hati mati terputus nadi
Bak seonggok mayat terapung di selokakan
sisihkan aku kedudut kepedihan
selayang pandang ditelan kegelapan.
Dari sudut sempit
satu goresan wajah sedikit tak terbaca
adalah nurani di cari
setitik dari satu jelangga
ternyata tak bermakna jua
cuma ponis yang kuterimakan
sebagai penghapus dosa di lebur duka.
Lalu mukadimah cinta kurapalnya
tabur angan di kisi kegelisahan
Gelinjangnya sukmaku menabur pikiran
lesat tanpa arah kebatas waktu
Menghitung hari kankah berakhir jua ini
Bahtera itu tiada lagi.
Jangankan jasad hantukupun takkan mampu berhadapan
Mengemis maaf di kais hayal
Di tuntun waktu cuma kelamunan.
Hanya bangga ada di benaknya
hingga sebuah harapan menjadi hal yang menakutkan
bagi jiwa rapuh mudah di goyah
Kan terlalu mahal sudi mu tak mampu kutunai
Karena bahtera itu bagimu cumalah ilusi
kata cinta tak punya makna
cuma bersandar mengayuh pulalah
Tak ada tepi sebagai pijak, angin dan badai olok tawanya
Hanya sekali pejam inginnya dampai kesana
Manalah mampu si persembahkan.
Bila langkah tak seiring lenggang
Tangan mana yang kan sampai
Naifnya di rasa cumalah belaka
Bila senandung rindu di hantu angkara
Pusara cinta tak semayam di sana.
Hilang.... terbang..... kepudaran
Menitik api berkemas kepalsuan
Seperti haikal imani menawar hati
Redup terang nuansa hujan
Ditelan bumi kasih ku menghilang.
Puisi, oleh Maulana Yusup
Label lainnya, # puisi karya teman # rekomendasi bisnis dan situs #media kencan jodoh # media kencan jodoh # media sosial # bintang porno jepang # musik romantis # video musik bercinta # video seks
Mohon partisipasinya,
Klik Tweeter kami Media Kita on Tweeter
Follow @MediaKita9
Sukai halaman facebook kami Media kita on facebook
Follow juga Pinterest kami
Ikuti Pasang Iklan
Ikuti Media Kita on Pinterest